Masa Lalu Itu

Malam telah menghitam ku pandang warna bulan dari celah jendela yang buram, di tutup mega di pelataran awan. Sesekali masih terdengar jerit binatang malam. dan suara mobil yang berjalan lamban memecah sunyi malam.. Terus ku tatap bulan di awan sambil melatih gerakan tanganku mengasah otak kanan.. malam yang sepi setelah tadi hujan menari nari di bumi dan hati ini masih belum memahami... Banyak tanda tanya yang masih antri menanti jawab yang belum pasti...

saat seperti ini adalah hal yang paling kuinginkan , masih kuigat kebiasaanku setiap malam, sama seperti ini hanya duduk bersandar memahami langit, mensyukuri semesta dan menulisnya diatas kertas lusuh yang banyak terisi coretan tinta, dan itu semua membuatku terasa bahagia bisa berdamai bersama semesta, membuatku bisa melepaskan kepenatan aktivitas dunia, walau rindu selalu hadir saat itu juga.

Wajahmu berlayar di hatiku. kenangan tentangmu terlukis dimataku..
andai kau ada disini, menemaniku malam ini, bercerita dan ikut bercengkrama bersama semesta mungkin akan kutulis sajak yang lebih indah malam itu juga. sajak yang akan terus mengingatkanku sewaktu pertemuan itu yang menggambarkan kebahagiaan bercampur kelembutan.
Aku masih mengingat ceritamu waktu itu, cerita yang kau awali dengan keseriusan yang begitu sangat mendalam, namun pada akhirnya kau pudarkan dengan gelak tawamu yang riuh, membuat alam juga ikut tertawa melihatmu bercerita seperti itu, akupun juga ikut begitu.

kadang sulit memang untuk mengenang masa lalu, membiarkanku harus menyelam samudra lebih dalam, menyusuri jalan yang penuh rintangan, pada akhirnya akan sampai pada setitik kejenuhan yang sangat meletihkan. kalau saja kau tahu, aku selalu meringkih sesaat rindu menghampiriku, terkadang aku berhenti untuk melepaskan letih yang membebaniku, namun aku yakin pada setitik jarak aku akan bisa berdamai menemukan sajak yang baru.

kau tahu, sejak dirimu memustuskan untuk mengulurkan tangan terakhirmu, sesaat itulah aku mulai memahami masa lalu, mulai mengagumi semesta ini, bertanya yang tak pasti, sembari bercengkrama tentang cerita cinta yang pernah ada dan aku berharap semoga kau juga mengingatnya.
Atas nama semua yang telah kita lalui, kan kuukir semua kenangan ini, pada tiap jejak langkah kaki. hingga musim meneteskan hujan kembali dan bunga bunga kembali mekar ditaman hati. ku berjanji merawat kenangan ini. pada tiap malam yang berhiaskan bintang gemintang. ku kan menatapnya dengan penuh kerinduan, hingga suasana sepipun bisa menjadi hangat ceria karena  jiwamu selalu ada.. 

seketika jari jemariku berhenti berirama, kubiarkan mata ini memandang dalam jauh melintasi tingginya langit malam, terasa gelap memang, namun bintang gemintang tak ubahnya masih bertaburan terang. mungkin dua tiga bait lagi akan kuselesaikan sajak cinta ini untukmu, walau angin terus berirama membuat semua menggigil merasakannya dan masuk kedalam jiwa, namun tak membuatku berhenti meratapinya.

Disini di sabra hatiku terdapat sungai air mata masih deras mengenang pengorbananmu. Kau yang telah memaksa sanggup melepas jemariku, untuk bersanding menempuh hidup baru.
Seiring waktu yang terus berlalu... hanya cinta dan rindu penyambung nafasmu..
Maafkan aksaraku yang mungkin menusuk relung hatimu terlalu banyak, kemelut yang ku cerca hari ini teramat banyak, bait kata yang terbuang tak berarti ku hanya ingin menyudahi sakit ini. perih, kecewa nan siksa hati biarkanlah berlari cukup sampai di sini.
ijinkanlah semua sirna menjadi serpihan yang tak usah lagi kau tanya. lepaskanlah... relakan yang ada, aku menitip doa dalam kepingan kisah dan semoga kau bahagia. Selamat jalan cinta..
Surat cintamu kan selalu basah dengan air mata.



0 comments:

Posting Komentar

 

Pengikut