Kehilangan mu

Dalam lintas jarak yang telah kau lalui ada sebuah pengorbanan yang sampai saat ini belum juga kau dapati.  lintas jarak itu, kini membedakan rasa kala jari jemari lembutmu membelai basah daun gugur yang telanjur kau tapaki. dan seketika itu juga bayangan senja turut ikut mengikuti jejak itu hingga tak lagi ku temui..

Aku merasa hal itu terjadi seperti dulu lagi, kali ini kau menghilang dan tak tau kemana, bahkan malam ini pun kau tak mengizinkan ku untuk mengetahui keadaanmu. apakah kau baik-baik saja, atau mungkin kabarmu lebih baik dari yang dulu?. mungkin itu hanya sekelumit kata yang ingin aku ucap, aku hanya ingin menyapa dirimu saat kau akan tertidur lelap, dan adakah sedikit waktu saja untuk kau jawab, bisakah kau membuka kata itu, hingga rasaku tak terlalu hampa untuk memejamkan mata, sampai bayangmu terlajur pergi dan tiada.
Kali ini aku menyematkan rindu ini keluar dari singgasananya, entah ini untuk yang keberapa kalinya. tapi, sungguh hanya rindu yang sanggup menemaniku, meningkahi jalan-jalan sepi mencari alamatmu,.

Lima hari lalu, kau datang menemuiku, namun esoknya aku tak lagi menemui kabarmu. memang kedatanganmu sangat mengagetkanku, tapi entah mengapa kedatanganmu selalu saja berbalik arah dengan kepergianmu yang terlalu cepat. padahal aku belum sempat untuk mendengarkan segala tingkah ceritamu. Aku belum sempat untuk mencium aroma khas tubuhmu, bahkan pelukan rasa itu hanya sebuah salah tingkah biasa, dan kini aku tak bisa lagi menyematkan rintu itu untuk kembali. mungkin, aku hanya seorang yang bodoh, yang hanya menyeringai pagi dengan kepingan air mata yang berujung kering..

Dalam kesendirian, sesekali kugambar sebuah kota kecil. di mana kehilangan menjadi pintu-pintu rumah yang tak pernah terbuka. dan didalamnya, seseorang perempuan terus menakar seberapa banyak sunyi setelah kekasihnya pergi.

Malam ini pun, aku dan rindu duduk di teras rumah memandang hujan, tiap tetesnya terus meremah bayangmu. dan itu merangsang pilu yang terselubung hingga menusuk langit-langit atap rumah ini..
Barangkali hanya kehilangan, yang lebih menggigilkan, dari angin musim hujan. Yang lebih deras dari suara hujan, Ia menulikan telinganya sendiri, meneriaki namamu; berkali-kali. Dan pagi ini, di meja hanya tersaji secangkir kopi dan koran yang mengabarkan kepergianmu

Setiap pagi aku menasihati rindu untuk patuh, mengikhlaskan hati untuk teguh, membiarkan dingin memeluk tubuh. .Namun, aku tak bisa acuh, sebab mencintaimu; adalah kecemasan paling indah saat rindu bertamu; di mataku.


0 comments:

Posting Komentar

 

Pengikut