Notasi Jarak


Sore ini senja tampak sehat. hanya jalanan yang basah disapa gerimis, di arah utara sekawanan burung meneduh, dibawah rimbunan daun cemara., mungkin ini adalah saat yang tepat untuk bersantai. sengaja kuluangkan waktu untuk menikmati lagu yang telah aku simpan sejak dulu, lalu kurebahkan kepalaku mendongak menatap gentingnya langit-langit gelap.. diatas awan, kilauan bintik cahaya yang bergerombol membentuk rasi kini sedang menenun jarak yang acap kali berselingkuh bersama melodi. dengan arasemen lagu brutal yang disertai emosi.. tapi terkadang semua itu ada arti yang selalu saja disiapkan langit untuk semesta ini. ku tahu ini adalah musim dingin, tapi biarlah. memang itulah kehendak alam, yang akan selalu mendulang kesepian...

Mengagumkan sekali ketika perpaduan notasi dan mendung melengkapi kerangka puing-puing senja sore hari.. aku terpejam lalu ku bayangkan wajahmu berada diatas sana, lalu semua awan kini sepakat membentuk bibirmu yang sedang tersenyum, yang juga masih bercampur bersama lirik-lirik yang kembali mengalun. tidak ada yang tidak punya peran dalam hidup ini. Cuaca mendung bisa saja membuat seseorang berhasil menyadur puisi dari hatinya sendiri. Notasi yang membentuk lagu yang enak didengar sukses menghilangkan jenuh. bahkan dengan segelas capucino yang hangat akan menghilangkan dahaga yang haus akan rindu.

Memang terasa getir jika kembali mengingatmu, notasi yang berpadu rintik senja pun tak sanggup mendiamkan rasa yang kini semakin beranjak menyakitkan.. taukah bahwa mimpi itu akan kembali berulang sejak kau memikirkannya?, bahkan rasa itu tak akan mampu pergi seketika kau mengambilnya untuk kau ratapi. memang keadaan sekarang sudah cukup berbeda dengan apa yang kau rasakan dulu, aku mengerti akan hal itu.. tak cukup rasanya bila notasi melodi ini hanya bercampur besama puisi, sama halnya dengan jarak yang pernah kita lalui, semua hanya semu belaka.. tapi, itulah sesungguhnya yang sudah terlanjur terjadi. dan itu yang bisa aku ucap kembali..

Setengah gelas capucino yang telah ku tengguk kini sudah tersisa, namun, alunan gerimis itu juga tak kunjung reda. kepalaku masih mendongak melihat hitam dan pekatnya cakrawala, cukup anggun memang. tapi, terasa hampa ketika itu pertanda kamu telah tiada.. kembali aku memutar notasi nada yang membuat semua arah tertegun menyapa, lagu yang bernasib sama, sama halnya dengan puisi yang tak punya makna..

Walau semua notasi itu kini telah membuat jarak, namun aku masih ingin membuat rasa itu beradu, bersatu menyatukan semua, puisi, lirik, syair kata dan secangkir capucino yang telah terengguk habis, kembali menyatu bersama lebatnya gerimis... aku masih ingin menyambungkan notasi itu walau terbentang jarak yang cukup jauh. dan aku juga ingin membayangkanmu kembali beranjak membentangkan mimpi-mimpi itu untuk kita kelak. hingga akhirnya kau dapat menggemgam peta yang mampu kau baca menuju singgasana nada.. sampai di pertemuan nyata yang benar adanya...

___________________________________


0 comments:

Posting Komentar

 

Pengikut