Kejanggalan Puisimu

Semalam ada sebuah surat tergeletak dalam lamah depan pintu rumah. Dengan amplop biru yang terlihat masih baru, aku membuka dan membacanya perlahan. Sesekali aku berhenti untuk memahami satu kata demi kata. Ada yang belum aku mengerti maksud dalam kalimat itu. Namun, aku kembali mengulang-ulang kalimatnya, yang kini kusimpulkan adalah sebuah syair puisi yang sengaja kau tulis itu.

Aku tak menyangka kau bisa menulis syair itu, walaupun kau juga tahu kau masih belajar berteman dengan kata. Cukup menarik, aku hanya bisa mengucap terima kasih atas suratmu yang telah membangunkanku dalam pulas tidur yang tak punya henti ini. Aku tak menyangka, kau mampu membalasnya, walau aku masih menganggap ini sebuah kejanggalan....

Kemarin, sengaja aku mengunjungi tempat singgahmu. Maaf, sudah lama aku tak membersihkan pusaramu. aku memang ingat dan selalu ingat untuk mengirim do’a untukmu. Namun, aku selalu saja tak punya cukup bahkan menyisikan waktu itu sedikit saja untuk berkunjung menemuimu.

Apa kabar kamu,.. hmm., semoga kau baik-baik saja disana, aku selalu berharap Tuhan akan memberikan tempat terbaik untukmu, tempat peristirahatan yang nyaman untuk kau tempati. Sudah dua tahun tak terasa aku hanya bisa menatap wajahmu melalui layar handponku. Kau masih saja terlihat pemalu, terlihat anggun dengan gaun berwarna merah jambu. Gaun yang kau ingat adalah pemberian terbaik dari orang tuamu.

Ohh iya, seminggu lalu aku sempatkan berkunjung kerumah orang tuamu, mereka menyambutku dengan baik, bahkan cukup terlalu baik. Mungkin aku terlalu berlebihan untuk menganggapnya sebagai orang tuaku sendiri. Kabar Orang tuamu baik-baik saja, dia juga merindukanmu.. bahkan dia bercerita banyak tentangmu, bercerita tentang hal-hal yang belum pernah aku tahu darimu. Adikmu juga menitip salam untukmu,.

Sebenarnya aku ingin bercerita banyak disini, denganmu. Tapi, kau sudah berbeda, kau mungkin hanya bisa meraba suaraku, mendengarkan segala celotehku yang mengganggu istirahatmu. Maafkan aku sekali lagi, tidurlah dengan tenang. Lain waktu aku akan berkunjung kembali... aku menitipkan syair di pusaramu. aku sengaja menulisnya, aku ingin kau membacanya dengan cinta untuk kesekian kalinya. Aku harap Tuliskan balasan untukku, walau itu tak mungkin....


0 comments:

Posting Komentar

 

Pengikut