Sepotong Hati yang Menyusul Pergi

Dalam Tangis rindu.. Gelimang ombak laut menggulung air dari kejauhan, mendekat mengikuti sembirit angin laut. Berebut tajam mendahului dengan koridor cacian burung camar. Aku mendesah kagum melihat sunset cakrawala biru, senja yang mulai hingar bingar menemui titik ajal. Gulungan ombak pun mulai mininggi seiring angin mulai berhembus berirama.

Aku tak ingin pulang sekarang, inginku habiskan malamku disini, berirama dan bersuara seenaknya beradu dengan hembusan dingin angin, memanggilmu diam diam lalu terkejut melupakan... Sementara itu, aku ingin membisikan kata pada angin malam, ku harap kau mau mengizinkan kata itu tersampaikan kepadamu....

 “Kepada kamu, cahaya senja.
Tak ada kata yang ingin kusampaikan. Selain maaf dan terima kasih untuk segalanya,. Kamu adalah sebuah jiwa yang utuh, menggumpal menyejukkan semesta alam, berjuang menuai kasih yang sekarang kau anggap sia-sia..

Maafkan aku sekali lagi....
Terima kasihku untukmu, karena kau tlah membuatku sadar bahwa air mata itu hadir saat rindu mendesak pada titik kepergianmu..
Terima kasih sudah memberikan arti hidup yang sempit ini... memang bukanlah aku orang yang tepat untuk kau dapati,. Tak tepat jika kau harus jatuhkan hatimu kepada orang yang berdiam seperti patung sepertiku, tak tepat jika kau harus membisikan penyesalan itu pada angin malam akan kegaduhanmu,,. Jangan ceritakan itu.. karena aku tahu akan hal itu..

Sudah seharusnya kau pergi.
aku akan melepaskan tanganmu...

Ingatlah Kasih…
Jika airmata harus menjadi sebuah hias kisah, aku rela. asal kepergianmu berbuah bahagia. Jika kamu yakin akan diriku, ketahuilah, keputusanmu adalah cara yang terbaik untuk di jalankan.. Karna aku tau ruang dingin angin malam ini, mengisahkan tentang sepotong hatiku,, juga sepotong hatimu yang menyusul pergi.

Dalam tangis rindu aku berterus terang, aku memandang awan berbaring sayup,... dan berjanji,. Aku akan terus mendoakanmu kemanapun kakimu berpijak... sampai nantinya Tuhan menyuruhku untuk pulang”..
Jangan katakan sesuatu, cukuplah kau mengamini do’aku. Sekarang....


0 comments:

Posting Komentar

 

Pengikut